Minggu, 06 Februari 2011

Si Pencuri Impian, siapa dia?


Ada seorang gadis muda yang sangat gemar menari. Ia sangat berbakat dan bersemangat menari. Kepandaiannya menari sangat menonjol dibanding rekan-rakan seusianya, sehingga Ia kerap menjadi juara dalam berbagai perlombaan dan festival tari. Ia berpikir, dengan kemampuan yang ada dalam dirinya, suatu saat nanti Ia bisa menjadi penari kelas dunia. Ia membayangkan dirinya menari di Polandia, Perancis, Rusia, Cina, dan ditonton oleh ribuan penonton di panggung yang megah.
Suatu hari, kotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat dan dari tangan dinginnya telah melahirkan banyak penari-penari profesional kelas dunia. Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunujkan kebolehannya di depan sang pakar, bahkan jika dibolehkan Ia ingin menjadi muridnya. Akhirnya, kesempatan itu datang juga. Si gadis muda bertanya, “Pak, Saya ingin sekalli menjadi penari kelas dunia. Apkah bapak ada waktu sejenak untuk melihat dan menilai saya menari? Saya ingin tahu pendapat bapak tentang tarian saya.”
“oke... menarilah didepan saya selama 10 menit.” Jawab sang pakar.
Gadis muda itu pun menari dengan percaya diri. Namun, belum lagi 10 menit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, lalu beranjak pergi meninggalkan gadis muda begitu saja, tanpa mengucap sepatah kata pun. Betapa hancur si gadis muda melihat sikap sang pakar. Si gadis langsung berlari keluar. Pulang kerumah dan menangis tersedu-sedu. Ia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ia merasa bodoh, ternyata kemampuannya menari yang selama ini Ia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya dihadapan sang pakar. Kemudian Ia mengambil semua peralatan narinya, dan Ia lemparkan kedalam gudang. Sejak saat itu Ia tidak mau menari lagi.
Puluhan tahun berlalu, si gadis muda telah menjadi seorang ibu dari tiga orang anak. Suaminya telah meniggal, dan untuk menghidupi keluarganya Ia hanya menjadi seorang pramuniaga toko di sudut jalan.

Suatu hari ada sebuah pagelaran tari dikota itu. Nampak sang pakar berada diantara para penari muda di belakang panggung. Ia tampak tua, dengan rambutnya yang penuh dengan uban. Si ibu dengan anak-anaknya datang ke pagelaran tersebut. Seusai acara Ia mendatangi sang pakar di belakang panggung. Sang pakar masih mengenali ibu muda ini, dan kemudian bercerita dengan akrab. Si ibu bertanya, “Pak, ada hal yang sangat mengganjal dihati saya. Saya ingin bertanya tentang penampilan saya sewaktu menari didepan anda berpuluh-puluh tahun yang lalu. Mengapa saat itu anda meninggalkan saya begitu saja tanpa meninggalkan sepatah kata pun?”
“oh ya. Saya ingat peristiwanya. Terus terang saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Tapi saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-tiba berhenti dari dunia tari.” Jawab sang pakar.
Si ibu muda sangat terkejut mendengar jawaban sang pakar. “Ini tidak adil.”seru si ibu muda. “Sikap anda telah mencuri impian saya. Kalau memang tarian saya bagus mengapa anda meninggalkan saya begitu saya baru menari beberapa menit? Anda seharusnya memuji saya, bukannya mengacuhkan saya begitu saja. Seharusnya saya bisa menjadi penari kelas dunia, bukan hanya pelayan toko!”
Si pakar manjawab lagi dengan tenang. “Tidak.... Tidak, saya rasa saya telah berbuat dengan benar. Anda tidak harus minum anggur satu barel untuk membuktikan kalau anggur itu enak. Demikian juga saya, saya tidak harus menonton anda 10 menit untuk membuktikan tarian anda bagus. Malam itu juga saya sangat lelah seusai pertunjukkan. Maka sejenak saya meniggalkan anda untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap ada mau menghubungi saya lagi keesokan hari. Tapi anda sudah pergi saat saya keluar. Dan satu hal yang perlu anda ingat. Anda seharusnya fokus pada impian anda, bukan pada ucapan atau tindakan saya.
Lalu pujian? Kamu mengharapkan pujian? Ah waktu itu kamu sedang bertumbah. Pujian itu seperti pedang bermata dua. Ada kalanya memotivasimu, bisa pula melemahkanmu.

sumber: kata-katamutiara.com